Sabtu, 13 Juni 2009

contoh soal-soal

SOAL UJIAN SEKOLAH SEMESTER GASAL
Mata pelajaran : Metematika
Kelas : VII
Hari/tanggal : Sabtu, 16 Mei 2009
Alokasi waktu : 120 menit

Petunjuk :
1. Isikan identitas anda terlebih dahulu kelembar jawab yang tersedia
2. Bacalah soal dengan teliti
3. Kerjakan soal yang anda anggap mudah terlebih dahulu
4. Isikan jawaban yang tersedia, dengan memberi tanda silang atau centrang pada jawaban yang kamu anggap benar/paling tepat
5. Sebelum menyerahkan soal dan lembar jawab kepada pengawas, periksa kembali pekerjaanmu
6. Berdoa dulu sebelum mengerjakan

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. b
Nilai dari -2b adalah………………..
a. -32 c. 32
b. 64 d. -64
2. Nilai FPB dari 12 dan 18 jika dikalikan dengan 2 adalah………………………..
a. 8 c. 12
b. 10 d. 18
3. Pak Hardi mendapat gaji sebesar Rp 2.400.000 setiap bulan. Dari gaji tersebut bagian digunakan untuk biaya makan, bagian untuk biaya pendidikan anak, bagian untuk transportasi, dan sisanya ditabung. Besar uang yang ditabung adalah ………….
a. Rp 1.000.000,00 c. Rp 500.000,00
b. Rp 900.000,00 d. Rp 1.200.000,00
4. Empat kali KPK dari 8 dan 6 adalah……………………
a. 96 c. 42
b. 90 d. 26


5. Panjang sisi-sisi sebuah segitiga adalah 2x cm, cm dan cm. Jika kelilingnya 24 cm. Panjang sisi yang terpendek adalah…………….
a. 8 cm c. 6 cm
b. 10 cm d. 12cm
6. Nilai dari adalah………………………
a. 18 c. 22
b. 20 d. 24
7. Tentukan nilai dari , jika diketahui ……………..
a. c.
b. d.
8. Andi membeli sebuah TV dengan harga Rp 4.000.000,00 dan dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%. Karena pembelian kontan, maka ia mendapat diskon sebesar 6%. Jadi jumlah uang yang harus dibayar Andi adalah……………………
a. Rp 3.900.000,00 c. Rp 4.163.000,00
b. Rp 4.100.000,00 d. Rp 4.136.000,00
9. Nilai k dari adalah…………………….
a. c.
b. d. 1
10. Keliling sebuah persegi panjang adalah 36 cm, sedangkan panjangnya sama dengan dua kali lebarnya. Luas persegi panjang tersebut adalah………………………………………
a. 60 cm2 c. 72 cm2
b. 27 cm2 d. 32 cm2
11. Jumlah siswa SMP Nusantara adalah 2000 orang, dengan perbandingan banyak siswa pria dan siswa wanita 3 : 2 . Banyak siswa wanita yang harus ditambah agar banyak siswa pria dan wanita seimbang adalah……………
a. 400 orang c. 200 orang
b. 300 orang d. 100 orang
12. Diketahui 3 (q + 3) + (3q – 4) = 17, nilai dari 2q adalah……………..
a. 2 c. 4
b. 6 d. 8
13. Panjang suatu persegi panjang adalah (2x +5)cm dan lebarnya (x – 1)cm. Jika x = 5, keliling persegi panjang tersebut adalah………….
a. 38 cm c. 40 cm
b. 46cm d. 14 cm
14. Sebidang tanah digambar dengan skala 1 : 500, ukuran tanah pada gambar adalah 20 cm x 12 cm. Jika dari luas tanah sebenarnya digunakan untuk membangun sebuah toko dan sisanya untuk membangun rumah. Luas rumah sebenarnya adalah…………….
a. 500 m2 c. 5.000.000 m2
b. 5000 m2 d. 50.000 m2
15. Ida memiliki 11 keping uang logam yang terdiri dari 5 keping dua ratusan dan lima ratusan . Nilai uang tersebut berjumlah Rp 4000,00. Maka banyak mata uang lima ratusan adalah…………….
a. 5 keping c. 7 keping
b. 6 keping d. 8 keping
16. Seorang pedagang apel membeli 100 buah apel dengan harga seluruhnya Rp 200.000,00. kemudian 40 buah apel itu dijual dengan harga Rp 3000,00 tiap buah, 52 buah dijual dengan harga Rp 1500,00 perbuah dan sisanya busuk. Dengan keadaan ini, pedagang tersebut berarti……..
a. Untung Rp 2000,00 c. rugi Rp 4000,00
b. Untung Rp 4000,00 d. rugi Rp 2000,00

anak-ank kelas K IKIP PGRI Semarang

ini adalah temen-temen ku yang satu kelas ma aku merekalah temen-temen aku yang selalu membuat keadaan kelas menjadi hidup dan aku pun menjadi semangat

Jumat, 12 Juni 2009

bumerang

Song : Pelangi

Artist : Bumerang



Intro (*) = Em C G D

Em
indah bening matamu
G
lembut tatap pandangmu
Bm C
pesona pancarkan garis jiwamu

anggun gerak tubuhmu
rekah indah bibirmu
mengusik gejolak hasrat hatiku

Intro (*)

lari kau kudekati
jauh kau simpan sunyi
menggoda tawarkan satu karisma

E
biarkan rasa bersemi
G
bisikkan kata imaji
Bm C D
kau beri satu irama terjadi

Chorus
G D C D
pelangi disebrang rencana aku berdiri
G D C D
pelangi rengkuh aku direlung hati
G D C D
pelangi sentuh aku tinggalkan mimpi
G D Bm
pelangi buang gelisah jangan
C Em
lepaskan aku oh pelangi

Intro = Em C G D ......
Em C Em C

Em
disini aku berdiri
C
menatap luas nikmat imaji
Em
aku terpana lalu terdiam
C D
terbang tinggi di atas awan putih

Back to chorus

Kamis, 11 Juni 2009

lagu ku

The ARMOUR
Cinta Kembalilah
Intro:
Sejauh ku berjalan
Telah banyak aku perbuat
Tak membuatku bahagia…..
Merasakan pahit dalam diriku
Terasa ada dalam hati….

Cinta yang aku bina
Kini meninggalkan ku
Yang tinggal ku sendirian
Tanpa ada yang menemani

Reff:
Cinta kembalilah untukku
Dan jadikanlah kebahagiaan dalam diriku
Dan janganlah kau pergi dari diriku lagi
Walau untuk sekajap….

Cinta yang aku bina
Kini meninggalkan ku
Yang tinggal ku sendirian
Tanpa ada yang menemani

daspp

BAB I
PENDAHULUAN

A.Analisis Masalah
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat suatu pengalaman. Belajar juga merupakan suatu usaha yang berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku yang relative atau tetap. Balajar melibatkan perolehan kemampuan-kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, jadi bukan dari bawaan. Belajar tergantung pada pengalaman, sebagian dari pengalaman itu merupakan umpan balik dari lingkungan. Teori ini merupakan prinsip umum yang didukung oleh data dengan maksud untuk menjelaskan sekumpulan fenomena.
Teori belajar menyatukan hokum-hukum, prinsip-prinsip umum yang melukiskan kondisinya belajar. Tori belajar sangat membantu pengajaran dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik. Dengan memahami teori belajar, pengajar akan memahami proses terjadinya belajar manusia, pengajar mengerti bagaimana seharusnya memberikan stimulus sehingga peserta didik menyukai belajar. Pengajaran dapat memprediksi secara jitu dan beralasan tentang keberhasilan belajar peserta didik.
Memori ingatan adalah proses dimana informasi belajar disimpan dan dapat dibaca kembali (dikeluarkan kembali). Ingatan atau memori tidaklah sederhana. Memori adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus, selalu diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita.
Menurut Jerome Bruner manusia mempunyai kapasitas dan kecenderungan untuk berubah karena menghadapi kejadian yang umum. Ingatan mempunyai mempunyai beberapa fase, yaitu waktunya sanagt singkat atau ingatan segera (item hanya disimpan dalam beberapa detik), ingatan jangka pendek (item dapat ditahan dalam beberapa menit), ingatan jangka panjang (penyimpanan berlangsung beberapa jam sampai seumur hidup).
Dalam teorinya, Jerome Bruner menyatakn bahwa belajar akan berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercangkup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang dikuasainya itu. Sehingga materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dan dipahami oleh anak.

B.Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, akan membahas tentang bagaimanakah penerapan belajar penemuan Bruner pada pembelajaran Geometri untuk meningkatkan aktivitas peserta didik kelas X..



























BAB II
LANDASAN TEORI

A.Teori Belajar
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1)Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
2)Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan
3)Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Dalam bukunya “The procces of education”, Bruner mengemukakan empat tema tentang pendidikan. Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan, tema kedua tentang kesiapan untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai instuisi dalam proses pendidikan, tema keempat adalah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar dengan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi yang pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.asumsi kedua adalah bahwa orang mengkonstruki pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperolehnya.
Hamper semua orang dewasa melalui penggunaan tiga system ketrampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna. Ketiga system ketrampilan itu ialah yang disebut tiga cara penyajian oleh Bruner. Ketiga cara itu adalah cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.
a.Cara penyajian secara enaktif
Dalam cara penyajian ini melalui tindakan, jadi bersifat mani pulatif
b.Cara penyajian ikonik
Didasarkan diatas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambaran-gambaran yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu.
c.Cara penyajian secara simbolik
Dibuktikan oleh kemampuan seorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan dari pada objek-objek.
Teori Bruner mempunyai ciri khas tentang belajar yang lain yaitu tentang “discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”.
Model balajar dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar peneuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Diantaranya adalah:
1.Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat.
2.Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3.Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring.
Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sepenuhnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan.
Dalam belajar penemuan, langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam balajar penemuan adalah sebagai berikut:
1.Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah tepat untuk diselidiki para siswa.
2.Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah
3.Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik
4.Bila siswa memecahkan masalah dilabaoratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
5.Menilai hasil balajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan

B.Aktivitas (Intelek Tual) Peserta Didik
Mengajar sebaiknya berorientasi kepada peserta didik agar peserta didik itu belajar memecahkan masalah, orientasi ini haruslah direfleksikan dalm kegiatan belajar mengajar sehingga keaktivan mental peserta didik nampak dalam tingkah lakunya. Seperti aktivitas tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.Menguji
Maksud kegiatan ini adalah mengabstrakan dan menemukan, mengabstraka berarti mengidentifikasi esensi dan bentuk atau struktur dari hal jyang diketahui menemukan berarti mengahasilkan untuk pertama kali dengan menggunakan imajinasi, pikiran atau eksperimen, pola demikian ini merupakan jantungnya berpikir matematik dan penemuan dalam matematika sangat berkaitan dengan ide/gagasan abstrak.
b.Mengungkapkan
Aktivitas ini mengaharapkan peserta didik dapat menghasilkan gambar, kata, kalimat, bagan atau tabel denga menggunakan symbol yang sesuai dengan situasi maslahnya ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksikan model-model matematika dari situasi masalah yang dihadapi.
c. Mentransformasikan
Kegiatan mentransformasikan merupakan kegiatan yang mengubah dari pernyataan yang satu kepernyataan yang lain. Misalnya komputasi alogaritma, fungsi aljabar ke bentuk grafik.
d.Membuktikan
Apabila peserta didik sudah berhasil merumuskan sesuatu situasi, mereka itu perlu pembuktian-pembuktiannya harus berdasarkan argumentasi yang shahih.
e.Mengaplikasikan
Konsep prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan kesituasi baru. Dalam mengaplikasikan untuk mengarah menemukan, peserta didik mengabstrakan.
f.Menyelesaikan masalah
Menyelesaikan masalah ini harus benar-benar untuk masalah seperti yang dikemukakan diatas dari suatu situasi kompleks yang dihadapi, namun belum pernah diselesaikan (benar-benar baru), peserta didik harus menyelesaikan dengan konsep/teorema dan prosedur yang telah diketahui peserta didik.
g.Mengkomunikasikan
Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara individu peserta didik dengan menggunakan system symbol yang sama. Peserta didik harus mendapatkan kesempatan untuk menyatakan gagasan matematika secara verbal dan tertulis mengkomprehensikan dan menginterprestasikan gagasan yang dinyatakan peserta didik lain.
Jerome Bruner (1966) yang dikenal denganbelajar penemuan (discovery learning) bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri mencari permasalahan serta pengatahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna, sehingga pengetahuan itu bertahan lama, mempunyai efek transfer yang baik dan dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir secara bebas.
















BAB III
IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR

Rencana pelaksanaan Pembelajaran
Mata pelajaran : Matematika
Sekolah : SMA
Kelas/semester : X/II
Pokok bahasan : Dimensi Tiga
Alokasi waktu : 20 menit

Standar Kompetensi : Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam
menentukan kedudukan titik, garis dan bidang; jarak; sudut; dan volume
Kompetensi Dasar : Memahami komponen, menggambar, dan menghitung
volume benda ruang
Indikator : Menentukan volume benda Limas
Tujuan Pembelajara : Siswa dapat menentukan volume benda Limas
Teori dan metode :
Teori Belajar Penemuan Bruner
Metode penemuan
Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan Awal :
a.Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
b.Mengabsen kehadiran siswa
c.Menyampaikan tujuan pembelajan
d.Persepsi awal, mengingat kembali tentang bangun ruang kubus dan volumenya
Kegiatan Inti :
a.Menyampaikan materi, menjelaskan tentang bangun ruang limas
b.Memberikan contoh bangun ruang limas
c.Membentuk siswa menjadi empat kelompok
d.Masing-masing kelompok diberi alat peraga dan lembar kerja siswa
e.Mempersilakan siswa untuk menentukan volume benda bangun ruang limas dengan penurunan volume benda ruang kubus
f.Memberikan saran-saran kepada siswa bila diperlukan
g.Mengawasi pekerjaan siswa dengan berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain
h.Mempersilakan tiap-tiap kelompok untuk menarik kesimpulan dari volume benda ruang limas.
i.Memberikan kesempatan salah satu kelompok untuk mempresentasikan kesimpulan yang telah diperoleh didepan kelas
j.Menilai hasil kesimpulan, yang jawabanya benar diberi nilai applaus
Kegiatan akhir :
a.Memberikan kesimpulan atas materi yang telah diajarkan
b.Memberikan tugas pengalaman materi
c.Mengakhiri pelajaran dengan memberi salam penutup
Uraian Materi
LIMAS
Pengertian limas
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi banyak dan beberapa segitiga yang alasnya berimpit dengan segi banyak tersebut dan bertemu pada satu titik diluar dibidang alas.
Unsur-Unsur Limas
Pada gambar adalah limas T. PQRS
a. PQRS disebut bidang alas
b. T. PQRS adalah limas segiempat beraturan
c. Titik T disebut dengan puncak limas
d. Garis TP, TQ, TR, TS disebut rusuk tegak
e. Garis PQ, QR, RS, SP disebut rusuk alas
f. Bidang TPQ, TQR, TRS, TSP disebut sisi tegak
g. TA,TB, TC, TD disebut Apotema limas
Beberapa limas dapat diberi nama yang khusus sebagai berikut:
a.Limas yang bidang alasnya segitiga disebut dengan bidang empat
b.Limas yang alasnya segi-n dan garis tingginya melalui titik pusat segi-n tersebut dinamakan limas tegak beraturan.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
Dari teori belajar penemuan Bruner ini dapat disimpulakan bahwa:
a)Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain.
b)Belajar penemuan Bruner melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Proses itu adalah 1). Memperoleh informasi baru, 2). Transformasi informasi, dan 3). Menguji relevansi dan ketapatan pengetahuan.
c)Hasil balajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya. Artinya konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru.
d)Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran peserta didik dan melatih kemampuan untuk berpikir secara bebas.
e)Belajar penemuan membangkitkan keingintahuan peserta didik, memberi motivasi untuk berusaha terus sampai menemukan jawaban-jawaban.

SARAN
Dalam pembelajaran peserta didik hendaknya belajar melaluai berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta struktur-struktur, supaya mereka dianjurakan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka menemukan konsep, prinsip maupun struktur itu sendiri.










DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis1996. Teori-teori Belajar.Bandung: Erlangga.
http://id.wordpress.com/2008/07/29 Belajar Penemuan Bruner/
Noormandiri, Endar Sucipto. 2004. Buku Pelajaran Matematika SMA Untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga

Jumat, 05 Juni 2009

sistem persamaan linear dan matriks

BAB I

SISTEM PERSAMAAN LINIER (SPL)

DAN MATRIKS

1.1 PENGANTAR

SPL adalah suatu himpunan berhingga dari persamaan yang peubahnya berpangkat satu, bukan merupakan hasil kali atau akar peubah dan bukan sebagai argument fungsi trigonometri, fungsi logaritma atau fungsi eksponensial.

Bentuk Umum :

a11x1 + a12x1 + a13x1 + ……………………..+ a1nxn = b1

a21x3 + a22x2 + a23x2 + ……………………..+ a2nxn = b2

a31x3 + a32x3 + a33x3 +……………………...+ a3nxn = b3

…………………………………………………………

am1x1 + am2x2 + am3x3 + ……………………+ amnxn = bm ...…..(1)

Contoh 1.1 :

a1x + b1y = c1

a2x + b2y = c2

Penyelesaian :

Secara geometri untuk contoh 1.1 diatas ada 3 kemungkinan :

a1x + b1y = c1 (l1)

a2x + b2y = c2 (l2)

· Garis l1 sejajar l2 , artinya tidak mempunyai titik potong, sehingga SPL tersebut tidak mempunyai penyelesian.

· Garis l1 berpotongan dengan l2 , artinya SPL tersebut mempunyai satu penyelesaian.

· Garis l1 berimpit dengan l2, artinya SPL tersebut mempunyai banyak penyelesaian.

Tidak setiap SPL mempunyai penyelesaian, sehingga SPL yang tidak mempunyai penyelesaian disebut tak konsisten (in consistent). Sedangkan SPL yang mempunyai penyelesaian disebut konsisten.

Contoh 1.2 :

a1x1 + a2x2 + ………………+ anxn = b

maka penyelesaiannya adalah :

sedemikian sehingga jika nilai tsb dimasukkan ke persamaan di penuhi ( = b )

HP = {s1, s2, s3,…………..sn }

Untuk menyelesaikan SPL dari bentuk umum terlebih dahulu diubah kebentuk matriks yang diperbesar atau (Augmented Matriks).

………………..(2)

Kemudian baru dilakukan Operasi Baris Elementer (OBE) yang akan memberikan himpunan Penyelesaian (HP) yang sama terhadap SPL dari bentuk umum.

Adapun Operasi Baris Elementer adalah sebagai berikut :

1. Kalikan sebuah baris dengan sebuah konstanta yang tidak sama dengan nol (0).

2. Pertukarkanlah dua baris tersebut.

3. Tambahkanlah perkalian dari satu baris pada baris yang lainnya.

1.2 ELIMINASI GAUSS

Contoh 1.3 :

Selesaikan SPL dengan metode Eliminasi Gauss : x + y + 2z = 9

2x + 4y -3z = 1

3x + 6 y – 5z = 0

J a w a b :

SPL tersebut diubah menjadi matriks yang diperbesar

Ubahlah matriks yang diperbesar tadi menjadi bentuk eselon baris yaitu dengan mengubah elemen-elemen di bawah diagonal utama menjadi nol semuanya.

Adapun langkah-langkah untuk mengenolkan elemen-elemen di bawah diagonal utama adalah sbb :

1. Pilih salah satu baris yang tidak nol semuanya.

2. Pilih satu elemen dari baris tersebut menjadi satu utama (pivot), jika ada ambil yang elemennya sama dengan satu (1).

3. Jadikan nol semua elemen yang sekolom dengansatu utama tadi dengan operasi Baris Elementer (OBE).

4. Untuk baris sisanya dilakukan OBE sampai diperoleh elemen nol semuanya.

Sehingga penyelesaian contoh diatas adalah sbb :

Matriks diatas, jika dikembalikan ke bentuk sisitem persamaan linier, adalah sbb :

x + y + 2z = 9 ……………….(1)

y – 7/2z = - 17/2 ……………..(2)

z = 3 …………………………..(3)

Sehingga penyelesaian dari SPL adalah :

· Dari persamaan III , z = 3

· Dari persamaan II, y = 2

· Dari persamaan I, x = 1

Jadi HP = { 1, 2, 3 }

Keterangan :

Sistem Persamaan Linier (SPL) pada contoh diatas adalah SPL yang mempunyai satu penyelesaian, dimana banyaknya persamaan dan banyaknya peubah adalah sama yaitu 3.

Apabila SPL pada contoh diatas akan diselesikan dengan metode Eliminasi Gauss-Jordan, maka berarti kita akan mengubah matriks yang diperbesar menjadi bentuk eselon baris tereduksi yaitu mengubah elemen-elemen dibawah diagonal utam dan diatas diagonal utama menjadi nol semua, yang berarti kita akan melanjutkan Operasi Baris Elementer (OBE) terhadap matriks (3).

Jadi jika dikembalikan pada SPL diperoleh :

Contoh 1.4 :

Selesaikan Sistem Persamaan Linier berikut : x1 + 4x4 = -1

x2 + 2x4 = 6

x3 + 3x4 = 2

J a w a b :

SPL diubah ke bentuk Augmented matriks (matriks yang diperbesar)

Dari matriks di atas nampak bahwa x1, x2, x3, sudah sesuai dengan satu utama dan dinamakan peubah-peubah utama (Leading Variabel), sehingga dengan menyelesaikan peubah-peubah utama dalam x4 akan diperoleh penyelesaian sbb :

sehingga, X = { x1, x2, x3, x4 } dengan t = sembarang bilangan

Jadi HP = {-1 – 4t, 6 – 2t, 2 – 3t, t }

Contoh 1.5 :

Selesaikan Sistem Persamaan Linier berikut : x1 + 6x2 + 4x5 = -2

x3 + 3x5 = 1

x4 + 5x5 = 2

J a w a b :

Matriks diperbesarnya adalah :

Dari matriks di atas nampak bahwa x1, x3, x4 adalah merupakan peubah-peubah utama, sehingga dengan menyelesaikan peubah-peubah utama dalam peubah-peubah lainnya diperoleh penyelesaian sebagai berikut :

Dengan mengambil x2 = t, x5 = s; dengan t, s = sembarang bil.

maka, x1 = -2 – 6t – 4s

x3 = 1 – 3s

x4 = 2 – 5s

sehingga, X = {x1, x2, x3, x4} = {-2 – 6t – 4s, t, 1 – 3s, 2 – 5s, s}

Sehingga HP = { -2 – 6t – 4s, t, 1 – 3s, 2 – 5s, s }

Contoh 1.6 :

Selesaikan Sistem Persamaan Linier berikut : x1 + 0x2 + 0x3 = 0

0x1 + x2 + 2x3 = 0

0x1 – x2 – 2x3 = 1

J a w a b :

Matriks diperbesarnya adalah :

Karena belum nampak peubah utamanya maka dengan Operasi Baris Elementer (OBE), matriks diatas diubah menjadi :

Dari matriks diatas nampak bahwa baris III, 0x1 + 0x2 + 0x3 = 1, tidak pernah dapat diperoleh untuk harga x yang manapun. Sehingga sisitem persaman linier diatas tidak mempunyai penyelesaian.

1.3 SPL HOMOGEN

SPL dikatakan homogen jika suku konstanta sama dengan nol (0), yaitu berbentuk :

SPL homogen adalah system yang konsisten karena selalu mempunyai penyelesaian untuk x1 = 0, x2 = 0, x3 = 0,…,xn = 0.

· Dan penyelesaian tersebut disebut penyelesaian trivial.

· Jika ada penyelesaian yang lain maka disebut penyelesaian non trivial.

· Pada SPL jika banyaknya peubah (n) lebih banyak dari banyaknya persamaan (m) maka pasti mempunyai banyak penyelesaian.

Contoh 1.7 :

Selesaikan SPL homogen berikut dengan metode Gauss-Jordan.

2x1 + 2x2 – x4 + x5 = 0

-x1 – x2 + 2x3 – 3x4 + x5 = 0

x1 + x2 – 2x3 – x5 = 0

x3 + x4 + x5 = 0

J a w a b :

Matriks yang diperbesar dari SPLH diatas adalah :

Melalui OBE, matriks yang diperbesar ini diubah menjadi matriks berbentuk eselon baris tereduksi sbb : B1 ditukar dengan B3

menjadi

menjadi

menjadi

Dari matriks ini maka SPLH yang bersesuaian adalah :

x1 + x2 – x3 = 0

x4 = 0

x3 + x5 = 0

Nampak bahwa peubah utamanya : x1, x4 dan x5 , sehingga SPL menjadi :

x1 = - x2 + x3

x4 = 0

x5 = -x3

Jika dimisalkan untuk x2 = s, dan X3 = t maka diperoleh :

Sehingga : HP = { -s + t, s, t, 0, -t }

Jika diambil s = 1 dan t = 1 maka diperoleh himpunan penyelesaian (HP) nya :

HP = { 0, 1, 1, 0, -1 }

Jika HP nya dimasukkan ke persamaan-persamaan liniernya akan sama dengan nol.

1.4 MATRIKS DAN OPERASINYA

Beberapa pengertian tentang matrks adalah :

· Matriks adalah susunan segiempat siku-siku dari bilangan menurut baris dan kolom.

· Bilangan-bilangan dalam matriks dinamakan entry (elemen)

· Ukuran matriks dinyatakan oleh banyaknya baris dan kolom.

(i x j ) = A(i x j)

dengan , i = menyatakan banyaknya baris

j = menyatakan banyaknya kolom

Suatu matriks yang ukuran baris dan kolomnya sama (n) dinamakan matriks kuadrat berorde n, dan elemen-elemen seperti a11, a22, a33, ……………..,aij disebut diagonal utama.

Adapun operasi-operasi pada matriks adalah sbb :

  1. Dua matriks A dan B dapat dijumlahkan bila keduanya mempunyai ukuran yang sama dan hasilnya adalah dengan menjumlahkan masing-masing elemen yang bersesuaian.
  2. Perkalian antara suatu scalar k dengan suatu matriks A adalah suatu matriks yang diperoleh dengan mengalikan masing-masing elemen dengan scalar tersebut.
  3. Jika matriks A berukuran (mxr) dan Matriks B berukuran (rxn) maka hasil kali A dan B berukuran (mxn).

Adapun elemen-elemen ditentukan sebagai berikut :

Untuk mencari elemen baris i dan kolom j dari matriks (A,B), pilihlah baris I matriks A dan kolom j matriks B, kemudian kalikan elemen-elemen yang bersesuaian dari baris dan kolom tersebut lalu jumlahkan.

  1. Transpose suatu matriks A(mxn) adalah At (nxm) yaitu dengan mengganti baris ke-I pada matriks A menjadi kolom ke-I pada matriks At.

Contoh 1.8 :

Diketahui :

Tentukan :

a). A + C d). ACt

b). 3B - 2C e). AC – 2Bt

c). AB – 2CB f). CB – 2At

J a w a b :

a).

b).

c).

d).

e).

f).

Beberapa pegertian sekitar matriks :

1. Suatu matriks yang semua elemennya nol disebut matriks nol, yaitu : M

2. Suatu matriks kuadrat In yang semua diagonal utamanya satu dan lainnya nol disebut

matriks satuan, yaitu I(2x2)

3. Jika ada suatu matriks A dan B sedemikian sehingga AB = BA = I maka A dikatakan

dapat dibalik (Invertible) dan B dikatakan invers dari A (A-1 = B) atau sebaliknya.

4. Invers suatu matriks adalah tunggal.

5. Jika A dan B adalah matriks-matriks yang dapat dibalik dan berukuran sama maka :

· A + B juga dapat dibalik

· (AB)-1 = B-1.A-1

· A-n = (A-1)n = (An)-1

· (A-1)-1 = A

· (kA)-1 = 1/k A-1, k scalar tak nol.

Contoh 1.9 :

Buktikan B = adalah invers dari A=

B u k t i :

Jadi AB = BA = I (terbukti, bahwa B merupakan matriks invers A)

1.5 MATRIKS ELEMENTER

Suatu matriks A(AxA) dikatakan matriks elementer jika matriks tersebut diperoleh dari matriks satuan I(nxn) yaitu dengan melakukan OBE tunggal . Setiap matriks elementer dapat dibalik dan inversnya juga merupakan matriks elementer.

Contoh 1.10 :

  1. Jika I2 = maka A =

A dikatakan matriks elementer karena baris II matriks A diperoleh dari hasil kali (-3) baris II matriks I2.

  1. Jika B=

B juga merupakan matriks elementer karena baris I matriks B diperoleh dari hasil kali (3) dengan baris III matriks I3.

Jika matriks elementer E adalah hasil dari OBE tertentu pada I(mxm) kemudian ada matriks A(mxn) maka hasil kali E.A= hasil OBE yang sama terhadap A.

Contoh 1.11 :

Buktikan EA = A, jika E suatu matriks elementer hasil dari OBE tertentu pada matriks I3.

A= dan I3=

J a w a b :

I3 = B3 + 3(B1)

E = merupakan matriks elementer (E)

Jadi EA =

=

EA =

Matriks A dilakukan OBE diperoleh :

B3 + 3B1 menjadi

Jadi EA = A (terbukti)

Misalkan A(nxn) ~ I(nxn) sehingga dapat direduksi pada I(nxn) dengan urutan berhingga dari operasi-operasi (OBE) yaitu :

Ek . Ek-1. Ek-2 ………………….E3.E2.E1.A = I(nxn) …………..(1)

Sehingga :

Oleh karena itu :

Dari persamaan (1) dan (2) artinya urutan operasi baris tereduksi matriks A terhadap In akan mereduksi In pada A-1. Dengan perkataan lain bahwa untuk mencari invers matriks A yang dapat dibalik maka kita harus mencari urutan OBE tereduksi A pada matriks satuan I dan kemudian melakukan urutan operasi yang sama ini pada I untuk mendapatkan A-1.

Jadi jika dibuat skema :

Contoh 1.12 :

Cari Invers

J a w a b :

menjadi

menjadi

Jadi invers matriks A adalah A-1 =

1.6 PENGGUNAAN INVERS PADA SPL

Jika matriks A(nxn) dapat dibalik, maka untuk setiap matriks B(nx1) pada SPL Ax = B mempunyai tepat satu penyelesaian yaitu x = A-1.B

Contoh 1.13 :

Selesikan SPL berikut : x1 + 2x2 + 3x3 = 5

2x1 + 5x2 + 3x3 = 3

x1 + 8x3 = 17

Penyelesaian SPL tersebut diubah menjadi : atau AX = B,

kemudian akan dicari sebagai berikut :

menjadi

menjadi

Jadi penyelesaian SPL : X = A-1.B

jadi

SPL AX = B dimana A tidak dapat dibalik maka agar SPL tersebut konsisten, harus direduksi matriks diperbesar tersebut menjadi bentuk matriks eselon baris dengan cara OBE. Kemudian kita tentukan matriks B agar SPL konsisten.

Contoh 1.14 :

Tentukan b1, b2, b3 agar SPL konsisten, jika : x1 + x2 + 2x3 = b1

x1 + x3 = b2

2x1 + x2 + 3x3 = b3

J a w a b :

Penyelesaian SPL dalam matriks :

sehingga (A│B)

Jadi SPL akan konsisten jika : - b1 – b2 + b3 = 0 atau

b3 = b1 + b2

Lukisan yang terbesar adalah dunia yang kau hadapi. Pandanglah, nikmatilah dan milikilah, tetapi telitilah dengan kewaspadaan dan kebijaksanaan (Sunandoro)